RINI SUGIANTO
Rini Sugianto
wanita kelahiran 3 Januari 1980 asal Lampung ini adalah anak bungsu dari dua
bersaudara yang dibesarkan di kota Bandar Lampung. . Lahir dari keluarga
pengusaha, Di masa kecil dirinya kurang
menyukai dunia gambar atau melukis, tetapi gemar sekali membaca komik. Dan
semenjak kecil dirinya ternyata sudah mengidolai salah satu karakter fiksi dari
komik, tokoh jurnalis berjambul khas dengan teman anjingnya benama Snowy. Ya
benar, dialah karakter komik yang cukup terkenal yaitu Tintin. Dan kelak akan
menjadi tokoh film animasi pertama yang digarapnya.
Semasa SMA ia
bersekolah di SMA Regina Pacis Bogor. Lantas melanjutkan kuliah dengan
mengambil Jurusan Arsitektur di Universitas Parahyangan Bandung. Setelah lulus
sarjana dirinya bekerja di bidang architecture yang mengharuskannya belajar
animasi 3D untuk bahan presentasi. Disinilah awal mula ia berkenalan dengan
dunia animasi yang sesungguhnya itu. Pada akhirnya dirinya memilih untuk
lanjutkan studi di Academy of Art University di San Fransisco,USA untuk
mendalami benar jurusan animasi. pada tahun 2001, Rini sempat bekerja menjadi
arsitek 1 tahun. Disinilah yang mengharuskan rini belajar mengenai 3D. Pada
tahun 2002, ia memutuskan menggeser haluan profesinya. Ia memutuskan berangkat
ke Amerika dan kuliah S2 di Academy of Art University,San Fransisco,USA, meski
dalam hati sempat ia ragu, apakah sanggup melakoni peran sebagai animator,
karena sama sekali tidak memiliki pengalaman tentang dunia digital itu. Namun
setelah beberapa waktu mendalami, Rini pun mengaku jatuh cinta pada salah satu
ilmu kreatif visual tersebut.
Jalan tak
begitu mulus bagi wanita yang tumbuh di jakarta ini. Begitu lulus, ia sempat
kesulitan mendapatkan pekerjaan. Namun kemudian ia mendapat kesempatan magang
di sebuah perusahaan desain di san fransisco.tapi ternyata dia hanya menjadi
tukang beli kopi dan tukang fotokopi.
Namun rini tak
patah semangat. Ia menjalani masa sulit itu selama 6 bulan. Ia pun mengirim
portopolio ke berbagai perusahaan. Untungnya, salah satu gurunya mendengar
informasi adanya lowongan magang di perusahaan pembuat game neverwinter nights
di stormfont studio. Dan rini pun magang di studio ini selama satu tahun, pada
2005-2006.
Setelah itu,ia
pindah ke Ofset Software selama setahun. Pada tahun 2007 ia pun kembali pindah
ke Blur Studio. Di sini ia bekerja sebagai animator serta supervisor animator
dan melahirkan beberapa game sinematik, yaitu Dante’s interno dan Halo Wars.
Animasi bagi
dirinya adalah sesuatu yang amat menarik mulai dari proses hingga sampailah
pada hasil akhir. Menurutnya, animasi itu very detail oriented, fleksibel dan
hard work, tetapi ketika melihat hasil pekerjaannya serta melihat karakter yang
kita animasi jadi hidup, it’s all worth it. Betapa Rini bersyukur karena
memiliki orang tua yang selalu mendukung dan mensupport setiap cita-cita dan
keinginan dirinya. Dukungan yang diberikan atas dasar kepercayaan sewaktu
sekolah, kuliah dan memilih pekerjaan di bidang animasi yang saat itu masih
begitu asing di telinga bahkan kedua orang tuanya pun tak tahu sama sekali
animasi itu apa. Tentu pada awalnya orang tua Rini pasti ragu dengan apa yang
dikerjakan anaknya tersebut karena belum lazim sebagai pekerjaan dalam pandangan
awam masyarakat Indonesia. Yang pasti pada akhirnya mereka hanya percaya dan
sepenuhnya yakin kalau pilihan Rini itu memang akan membuat dirinya bahagia.
Salah satu bentuk dukungan itu dibuktikan dengan pemberian biaya sekolah sampai
melamar pekerjaan.
Pada 2010, WETA
digital tengah mencari animator untuk film the adventur of tintin :secret of
the unicorn. Rini pun iseng kirim portopolio dan kemudian mereka pun tertarik
dengan portopolio rini. WETA Digital adalah sebuah perusahaan milik Peter
Jackson yang ketika itu sedang menangani film yang disutradarai Stephen
Spielberg. Dan sejak Agustus 2010 Rini resmi bergabung dengan Weta Digital di
Selandia Baru untuk menggarap proyek Tintin. Walau dia harus pindah ke Selandia
Baru, dia pun tak bisa menolak, apalagi tintin merupakan karakter fiksi yang
sangat ia sukai dari kecil.Dalam film "The Adventures of Tintin,"
Rini bertindak sebagai animator dengan andil paling besar. Ia mengerjakan 70
shot.
Petualangan
Tintin (The adventure of Tintin atau Les aventures de Tintin) , merupakan
serial buku komik yang ditulis oleh seorang artist dari Belgia, George Remi
(1907–1983), yang menggunakan nama alias Hergé dalam tulisannya. Di abad ke-20,
serial buku komik Tintin adalah komik yang terpopuler di Eropa. Buku komik Tintin
telah diterjemahkan dan dipublikasikan lebih dari 50 bahasa dan lebih dari 200
juta buku telah terjual.
Buku
petualangan Tintin pertama kali terbit tanggal 10 January 1929 dalam bahasa
Perancis, sebagai kolom bacaan anak-anak, Le Petit Vingtième di Koran Belgia Le
XXe Siècle, dan kemudian dimuat di koran yang terkemuka di Belgia – Le Soir.
Keberhasilan serial Tintin kemudian berlanjut dengan terbitnya majalah Tintin,
yang juga populer di Indonesia.
Film 3Dnya Tintin, The adventure of
Tintin yang disutradarai oleh Steven Spielberg dan ditulis narasinya oleh
Steven Moffat, Edgar Wright dan Joe Cornish sebetulnya berdasarkan tiga komik
Tintin dulu: The Crab with the Golden Claws, The Secret of the Unicorn dan Red
Rackham`s Treasure. Produser film Tintin adalah Peter Jackson yang juga
terkenal dengan produksi filmnya The Lord of the Rings. Dia juga pemilik
perusahaan Weta Digital yang berbasis di New Zealand, dan perusahaannya inilah
yang merecruit dan menjalankan semua proses animasi film Tintin. Salah satu
animator yang berhasil direcruit oleh Weta adalah Rini Sugianto asal dari
Indonesia. Walaupun begitu, Rini mengaku belum pernah bertemu langsung dengan
Steven Spielberg. “Seminggu sekali, ada director review lewat video
conference. Jadi melihatnya hanya dari video aja,” tambah Rini. Menggarap
film yang memiliki tokoh terkenal seperti Tintin memiliki tantangan tersendiri.
“Yang paling besar, adalah karena komiknya itu udah terkenal. Jadi orang-orang
sudah familiar sama karakternya. Kita nggak bisa sembarangan
mengubah ceritanya atau mengubah terlalu jauh dari aslinya,” tambah Rini. Tapi,
untuk beberapa tahun pertama, mereka hanya mengerjakan ceritanya. Fokusnya
adalah untuk mengerjakan storyboard sampai solid,”
kata Rini. Ternyata tidak hanya Rini sendiri yang bekerja di Weta Digital.
Masih ada beberapa orang Indonesia yang dengan kerja keras berhasil bekerja di
perusahaan tersebut. “Saya enggak tau pastinya berapa banyak di New Zealand,
tapi kalau di Weta, saya sendiri di animation departement. Tapi ada
juga orang Indonesia di departement lain seperti rotoscope, fx,
dan pipeline,” jelasnya.
Rini juga menggarap film Avengers:
Age of Ultron yang baru-baru ini menempati tangga box office, lalu ada Teenage
Mutant Ninja, Turtles, Iron Man 3, Hunger Games: Cacthing Fire, Hobbit 1 dan 2.
Yang teranyar, proyek yang digarap oleh Rini adalah sekuel dari film komedi
dewasa terlaris Ted. Dimana film dengan karakter Ted si beruang yang bisa
bicara ini salah satu animator yang turut serta ambil bagian menggarapnya termasuk
Rini Sugianto di dalamnya. Dan film Ted 2 ini akan semakin menambah porto folio
yang dimilikinya sebagai seorang animator. Semakin mengukuhkan pula sosok
wanita cantik Indonesia ini dalam jajaran sineas kelas dunia. Keinginan
terdalam dari hatinya untuk terus berkarya dalam pembuatan film
sebanyak-banyaknya. Serta bisa menembus ke dua perusahaan animasi terkenal
Pixar atau Dream Works yang kualitas animasinya tak perlu diragukan lagi. Penggarapan
film "The Adventures of Tintin" ini juga memakan waktu yang
tidak sebentar. “Animasinya sendiri, full production-nya mungkin
sekitar setahun setengah. Tapi proyeknya sendiri sudah mulai sekitar empat
tahun lalu. Tapi, untuk beberapa tahun pertama, mereka hanya mengerjakan
ceritanya. Fokusnya adalah untuk mengerjakan storyboard sampai solid,”
kata Rini.
Menjadi seorang
animator menurut Rini memiliki banyak tantangan dan kesabaran. Karena untuk
mengerjakan sebuah film animasi diperlukan waktu yang tidak
sedikit. Tergantung dengan seberapa besarnya project tersebut.
Untuk digital production sendiri mungkin dibutuhkan waktu
sekitar 1 tahun. Beruntung, Rini termasuk orang yang tidak gampang menyerah.
Dunia animasi menuntut tingkat ketelitian yang tinggi dan memberi kepuasan
tersendiri jika film tersebut mendapat perhatian banyak dari masyarakat.
Terlebih ketika melihat namanya di credit tittle. Saat ini, Rini
juga tengah sibuk mengembangkan sebuah sekolah animasi online yang
dinamakannya Flash Frame Workshop (FFW). Sekolah ini dimulai tahun 2013 yang
ditujukan pada murid-murid dari Indonesia. Kelasnya terbuka untuk semua level.
Saat ini FFW mempunyai kelas di 3 bidang yaitu modelling, rigging,
dan animasi. Tapi kelas yang difokuskan memang kelas animasinya. Murid-muridnya
bisa mengikuti melalui online class. Jadi tidak lagi terbatas
dengan lokasi. Yang membanggakan, beberapa murid FFW kini sudah bekerja di
bidang animasi.
Di kelas awal,
mulai dari kelas beginner, diajarkan membuat bouncing ball,
pendulum, dan lain-lain. Di kelas intermediate, mereka belajar tentang ‘weight’.
Di kelas advanced, barulah mereka mulai belajaracting.
Sekolah ini didirikan Rini karena banyaknya e-mail yang
diterimanya dari teman-teman dan pelajar Indonesia yang tertarik dengan animasi
dan mau belajar animasi. Dari situlah Rini berpikir, daripada menjawab satu
persatu, lebih baik digabungkan saja. Rini berharap langkahnya ini dapat
memberikan warna bagi dunia animasi Indonesia.
Kembali bicara
mengenai perkembangan dunia animasi, Rini akui saat ini persaingan di dunia
animasi kian ketat karena makin banyak animator muda lulusan sekolah animasi
bagus bermunculan. Sayangnya, hukum Request and Demand tetap
berlaku untuk industri ini karena jumlah perusahaan yang membutuhkan kemampuan
mereka belum terlalu banyak.
Namun, pendiri dari platform tutorial
animasi online bernama Flash Frame itu
memberi pesan kepada para animator muda untuk jangan putus asa karena masa
depan industri ini masih terbuka lebar. Asalkan mau tetap semangat dan terus
menciptakan demo reel yang bagus, Rini yakini jalan itu pasti
ada.
Untuk membantu para animator junior
yang tengah meniti karier, Rini katakan dirinya aktif menjadi pembicara maupun
mengajar dalam sebuah seminar maupun workshop animasi. Sehubungan hal ini,
dalam waktu dekat, Rini juga akan menjadi menjadi salah satu pengisi workshop
ekslusif dalam acara FILMARES 2014 yang berlangsung 26
– 28 November 2014. Acara yang juga didukung MUVIBLAST sebagai media
partner ini adalah debut pameran akbar yang mempertemukan para pelaku belakang
layar industri perfilman dengan para pemasok kebutuhan jasa atau produk, yang
berhubungan dengan proses produksi sebuah film.
Ke depan, Rini
juga berharap agar kualitas animasi di Indonesia semakin meningkat agar tidak
kalah dengan negara lain. Banyak sudah rencana yang dibuatnya, bakan tidak
menutup kemungkinan jika kemudian hari dirinya mampu memberikan beasiswa kepada
mereka yang kurang mampu namun memiliki bakat dan prestasi luar biasa di dunia
animasi. Meski tinggal di Amerika, Rini memang tetap memantau perkembangan
dunia animasi di tanah air. Walau ia tidak tahu banyak mengenai industri
kreatif di Indonesia, tapi dari yang bisa ia lihat, industri ini sekarang
sedang berkembang, maka kesempatan pun selalu ada. Kualitas animasi semakin
baik setiap tahunnya. Untuk mengembangkan dunia animasi di Indonesia maka harus
berhubungan dengan infrastruktur industri animasinya.
Bagaimana dengan tanggapan orangtua mengenai kariernya ? Awalnya mereka ragu, karena pada saat itu bidang animasi masih lumayan langka di Indonesia. Meski kini sibuk, tapi Rini selalu meluangkan waktunya untuk keluarga. Ia memang sering kerja lembur, bahkan kadang sampai 14-16 jam sehari. Namun, meski mengatur waktunya agak susah, sebisa mungkin Rini tetap berusaha untuk tidak bekerjaover time atau di weekend. Karena akhir pekan waktunya family time. Pekerjaan ini memang kadang membuatnya jenuh. Untuk menghilangkan kejenuhan dan menjaga kondisi tubuh, Rini memilih berolahraga. Olahraga yang dipilih Rini dan dan suami adalah berlari dan mendaki gunung. Bahkan saking cintanya ada olahraga ini, keduanya melangsungkan pernikahan di sebuah gunung di kawasan Queenstown, Selandia Baru. Mereka menaiki helikopter ke glacier Aspiring National Park dan menikah di sana. Rini sendiri sudah mendaki beberapa gunung seperti Kilimanjaro dan Mont Blanc.
Bagaimana dengan tanggapan orangtua mengenai kariernya ? Awalnya mereka ragu, karena pada saat itu bidang animasi masih lumayan langka di Indonesia. Meski kini sibuk, tapi Rini selalu meluangkan waktunya untuk keluarga. Ia memang sering kerja lembur, bahkan kadang sampai 14-16 jam sehari. Namun, meski mengatur waktunya agak susah, sebisa mungkin Rini tetap berusaha untuk tidak bekerjaover time atau di weekend. Karena akhir pekan waktunya family time. Pekerjaan ini memang kadang membuatnya jenuh. Untuk menghilangkan kejenuhan dan menjaga kondisi tubuh, Rini memilih berolahraga. Olahraga yang dipilih Rini dan dan suami adalah berlari dan mendaki gunung. Bahkan saking cintanya ada olahraga ini, keduanya melangsungkan pernikahan di sebuah gunung di kawasan Queenstown, Selandia Baru. Mereka menaiki helikopter ke glacier Aspiring National Park dan menikah di sana. Rini sendiri sudah mendaki beberapa gunung seperti Kilimanjaro dan Mont Blanc.
Pesan Rini terutama kepada sesama
animator adalah untuk tidak pernah putus asa dalam menggapai cita-cita. “Never
give up. Kalau memang ada perusahaan yang
animator-animator Indonesian mau tembus, pelajarin tipe animasi mereka dan buat
animasi yang seperti tipe yang mereka kerjakan. Lama-lama akan terbuka
peluangnya.”
Berikut
sosok Rini Sugianto dan karyanya :
Ti 89 Titanium Calculator | TITanium-ART
BalasHapusTi apple watch titanium vs aluminum 89 titanium sheets TI89 Titanium Calculator tungsten titanium is a calculator that is able to calculate titanium aftershokz odds of nano titanium flat iron winning in a number of ways. The Ti89 is a numerical